Da'wah Tauhid Para Nabi

Da'wah Tauhid Para Nabi

[1] Dakwah Nabi Nuh ‘alaihis salam Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka dia berkata; Wahai kaumku, sembahlah Allah tiada bagi kalian sesembahan selain-Nya.” (QS. al-A’raaf: 59).Ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa dakwah Nabi Nuh adalah dakwah tauhid.

[2] Dakwah Nabi Hud ‘alaihis salam Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan kepada kaum ‘Aad, Kami utus saudara mereka yaitu Hud. Dia berkata; Wahai kaumku, sembahlah Allah tiada bagi kalian sesembahan selain-Nya.” (QS. al-A’raaf: 65). Ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa dakwah Nabi Hud adalah dakwah tauhid.
[3] Dakwah Nabi Shalih ‘alaihis salam Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan kepada kaum
Tsamud, Kami utus saudara mereka yaitu Shalih. Dia berkata; Wahai kaumku, sembahlah Allah tiada bagi kalian sesembahan selain-Nya.” (QS. al-A’raaf: 73). Ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa dakwah Nabi Shalih adalah dakwah tauhid.

[4] Dakwah Nabi Syu’aib ‘alaihis salam Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan kepada kaum Madyan, Kami utus saudara mereka yaitu Syu’aib. Dia berkata; Wahai kaumku, sembahlah Allah tiada bagi kalian sesembahan selain-Nya.” (QS. al-A’raaf: 85). Ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa dakwah Nabi Syu’aib adalah dakwah tauhid.

[5] Dakwah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh telah ada teladan yang baik pada diri Ibrahim dan orang-orang yang bersamanya, yaitu ketika mereka berkata kepada kaumnya; Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari segala yang kalian sembah selain Allah. Kami ingkari kalian dan telah nyata antara kami dengan kalian permusuhan dan kebencian untuk selamanya sampai kalian mau beriman kepada Allah saja.”(QS. al-Mumtahanah: 4). Ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa dakwah Nabi Ibrahim adalah dakwah tauhid.

[6] Dakwah Segenap Rasul ‘alaihimus salam Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sungguh Kami
telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang mengajak; sembahlah Allah dan jauhilah thaghut.” (QS. an-Nahl: 36). Ayat yang mulia ini menunjukkan bahwa dakwah seluruh rasul adalah dakwah tauhid. Lalu apa yang dimaksud dengan tauhid itu? Tauhid, sebagaimana telah dijelaskan di dalam ayat-ayat di atas adalah menyembah/beribadah semata-mata kepada Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Inilah tauhid yang senantiasa didengung-dengungkan oleh para nabi dan rasul kepada kaumnya dan yang menjadi tujuan utama dakwah mereka (lihat Fath al-Majid, hal. 15, al-Qaul al-Mufid [1/7]). Hakekat perintah tauhid ini sering diulang-ulang oleh Allah ta’ala di dalam al-Qur’an dalam konteks yang beraneka ragam. Di antaranya adalah:

1. Ketika menjelaskan tujuan hidup jin dan manusia. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. adz-Dzariyat: 56).
2. Ketika menjelaskan muatan dakwah Nabi Ibrahim ‘alaihis salam Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Ingatlah ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya; Sesungguhnya aku berlepas diri dari segala yang kalian sembah kecuali dari Yang menciptakan diriku.” (QS. az-Zukhruf: 26-27)
3. Ketika menjelaskan ‘motto hidup’ seorang mukmin. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah;
Sesungguhnya sholatku dan sembelihanku, hidup dan matiku, semuanya milik Allah Rabb alam semesta, tiada sekutu bagi-Nya.” (QS. al-An’am: 162-163)
4. Ketika melarang berdoa kepada selain-Nya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan janganlah kamu berdoa kepada selain Allah, sesuatu yang tidak menjamin manfaat dan madharat kepadamu. Apabila kamu melakukannya, maka sungguh kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim. Apabila Allah timpakan kepadamu suatu bahaya, niscaya tidak ada yang bisa menyngkapnya kecuali Dia.” (QS.Yunus: 106-107)
5. Ketika menjelaskan kesesatan orang yang berdoa kepada selain-Nya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang berdoa kepada selain Allah, sesuatu
yang jelas tidak akan bisa memenuhi permintaannya sampai kiamat tiba.” (QS. al-Ahqaf: 5)
6. Ketika menjelaskan lemahnya sesembahan selain Allah. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Apakah mereka itu mau mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang tidak bisa menciptakan apa-apa, sementara mereka itu sendiri juga diciptakan, bahkan mereka juga tidak mampu untuk memberikan pertolongan kepada mereka/pemujanya…”(QS. al-A’raaf: 191-192)
7. Ketika mencela sesembahan selain Allah. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Segala sesuatu yang kalian seru selain-Nya itu sama sekali tidak menguasai meskipun setipis kulit ari.” (QS. Fathir: 13)
8. Ketika menjelaskan kecintaan orang kafir kepada sesembahan mereka. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Di antara manusia ada yang mengangkat selain Allah sebagai sesembahan tandingan, mereka mencintainya sebagaimana kecintaan mereka kepada Allah.” (QS. al-Baqarah: 165)
9. Ketika memerintahkan untuk bertawakal kepada-Nya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Dan hendaknya kalian bertawakal kepada Allah saja, jika kalian benar-benar beriman.” (QS. al-Ma’idah: 23)
10. Ketika melarang tindakan menyelisihi Rasul-Nya. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Hendaklah merasa takut orang-orang yang menyelisihi urusan rasul itu, karena mereka akantertimpa fitnah atau siksa yang sangat pedih.” (QS. an-Nuur: 63). Imam Ahmad menjelaskan bahwa yang dimaksud ‘fitnah’ dalam ayat ini adalah syirik. Keutamaan Tauhid. Berikut ini sebagian keutamaan tauhid yang disebutkan oleh para ulama, semoga semakin mendorong kita untuk mendalami, mengamalkan, serta mendakwahkannya.

[1] Tauhid adalah rahasia al-Qur’an. al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “… Hal ini sebagaimana yang diutarakan oleh sebagian ulama salaf bahwa al-Fatihah merupakan rahasia al-Qur’an, sedangkan rahasia surat ini terkandung dalam kalimat ‘Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in’ -hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami meminta tolong-…” (Tafsir al-Qur’an al-’Azhim [1/36] cet. Dar al-Fikr) Ibnu Abil ‘Izz al-Hanafi rahimahullah berkata, “al-Qur’an itu seluruhnya berbicara mengenai tauhid, hak-hak serta balasannya, dan juga berbicara mengenai syirik serta pelaku dan balasan/hukuman bagi mereka…” (Syarh Aqidah ath-Thahawiyah, hal. 89 cet. al-Maktab al-Islami)

[2] Tauhid adalah syarat keamanan dan hidayah Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri keimanan mereka dengan kezaliman (syirik) mereka itulah yang akan mendapatkan keamanan dan mereka itulah yang akan diberikan petunjuk.” (QS. al-An’am: 82)

[3] Tauhid adalah syarat diterimanya amalan Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Allah, hendaklah dia melakukan amal salih dan tidak mempersekutukan sesuatupun dalam beribadah kepada Rabbnya.” (QS. al-Kahfi: 110)

[4] Tauhid adalah sebab keberuntungan Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Demi masa, sesungguhnya semua orang benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih, saling menasehati dalam kebenaran dan saling menasehati untuk menetapi kesabaran.” (QS. al-’Ashr: 1-3)

[5] Tauhid adalah kunci surga Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya barangsiapa yang mempersekutukan Allah maka sungguh Allah telah haramkan surga baginya dan tempat kembalinya adalah neraka, dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim itu seorang penolongpun.” (QS. al-Ma’idah: 72).
Kesimpulan
Setelah membaca dalil-dalil di atas, dapat kita simpulkan bahwa: Dakwah para nabi dan rasul adalah dakwah tauhid. Hakekat tauhid itu adalah beribadah kepada Allah semata dan berlepas
diri dari segala sesembahan selain-NyaTauhid tidak akan terwujud tanpa mengenal syirik dan macam-macamnyaTauhid memiliki banyak keutamaan, di antaranya adalah; tauhid merupakan rahasia al-Qur’an, syarat untuk mendapatkan keamanan dan hidayah, syarat diterimanya amalan, sebab keberuntungan, dan kunci untuk bisa masuk ke dalam surgaDengan demikian, sudah semestinya setiap da’i Islam menjadikan dakwah tauhid sebagai prioritas utama dakwah yang dilakukannyaDan bagi para orang tua, hendaknya mereka menjadikan pendidikan tauhid sebagai pembinaan yang paling dititikberatkan kepada putra-putri mereka. Allahu a’lam bis shawab.

Penulis: Abu Mushlih Ari Wahyudi

0 komentar:

Posting Komentar